PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd
(Guru Besar Universitas Negeri Malang)
LANGKAH-LANGKAH
MELAKUKAN PTK
Sebagai
tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran atau meningkatkan mutu proses
dan hasil pembelajaran, diperlukan cara kerja yang sistematis dan bertahap.
Pelaksanaan suatu tindakan itu harus diawali dari perencanaan yang
sungguh-sungguh sebelum dilaksanakan, dievaluasi, ditentukan keputusan, dan
dilakukan tindak lanjut. Di samping itu, sebelum tindakan tersebut dijalankan,
perlu diketahui masalah apa yang akan ditindak, mengapa perlu menindaknya,
bagaimana cara menindaknya, mengapa cara itu yang dilakukan, siapa yang akan
dikenai tindakan, kapan dilakukan, dan di mana akan dilakukan tindakan itu.
Nah,
agar guru dapat melakukan tindakan secara benar dan terarah, berikut ini
dikemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian
tindakan kelas tersebut.
1)
Langkah pertama, guru harus melakukan identifikasi dan analisis masalah
Pembelajaran.
2)
Langkah kedua, guru harus membuat perencanaan PTK
dengan siklus-siklusnya, yang di antaranya meliputi
a) menyusun rpp
b) menyusun instrumen tes
c) menyusun lembar tugas
d) menyusun pertanyaan wawancara
e) menyusun format observasi
f) menyusun angket
3) Langkah ketiga, setelah
perencanaan disusun secara matang dan memadai, guru dapat melaksanakan PTK
sesuai dengan urutan siklus yang direncanakan, di antaranya meliputi
a) melakukan tindakan sesuai dengan rpp
b) melakukan observasi
c) merekam atau mencatat hasil observasi
d) melakukan evaluasi hasil belajar
e) melakukan evaluasi kinerja
f) melakukan wawancara
g) dsb.
4) Langkah keempat, jika rencana
yang sudah dibuat dilaksanakan, langkah selanjutnya guru melakukan refleksi
terhadap tindakan dengan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil tes, hasil quiz, atau informasi lainnya.
Dalam refleksi tersebut, guru perlu mempertimbangkan dan menggambarkan secara
objektif hal-hal berikut.
a) Apakah proses tindakan sudah berjalan dengan baik?
b) Apakah proses belajar lancar?
c) Apakah hasil belajar meningkat?
d) Apakah masalah kelas teratasi?
5) Langkah kelima, berdasarkan
hasil refleksi yang sudah dilakukan, guru dapat membuat simpulan tentang proses
dan hasil belajar yang dicapai melalui tindakan yang dijalankan itu. Simpulan
tersebut dapat berupa
a) proses belajar telah berjalan lancar dan baik
atau proses belajar belum berjalan dengan baik,
b) hasil belajar telah memenuhi kriteria yang
diharapkan atau hasil belajar belum memenuhi harapan,
c) kondisi pembelajaran telah dapat diperbaiki
atau kondisi pembelajaran masih perlu dibenahi atau diperbaiki lagi
d) dan sebagainya.
6)
Langkah keenam,
berdasarkan simpulan yang telah dibuat dari hasil refleksi, langkah selanjutnya
guru harus membuat keputusan. Keputusan tersebut dapat berupa pernyataan
sebagai berikut.
a)
Jika masalah
yang dirumuskan sudah dicapai, pelaksanaan tindakan dapat diakhiri (selesai).
b)
Jika masalah
dianggap belum teratasi, perlu dilakukan siklus II.
c)
Jika PTK
masih dilanjutkan pada siklus II, perlu dimulai lagi perencanaan siklus II yang
dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
d)
Demikian
seterusnya, sampai permasalahan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat
dituntaskan penyelesaiannya.
SISTEMATIKA
PROPOSAL PTK
Judul PTK
Merumuskan judul PTK kelihatannya
mudah, tetapi sebenarnya cukup sulit. Untuk merumuskan judul tersebut,
diperlukan upaya secara cermat, yakni mulai dari mengidentifikasi masalah,
analisis penyebab masalah, sampai pada menentukan tindakan yang tepat dan
relevan untuk mengatasi masalah tersebut. Perumusan judul PTK tidak dapat
dibuat berdasarkan angan-angan saja, tetapi harus didasarkan pada kondisi
nyata, yakni masalah nyata yang terjadi dalam pembalajaran di kelas. Ketika
masalah pembelajaran sudah teridentifikasi, penyebab masalah sudah ditemukan,
dan rencana tindakan yang diyakini tepat sudah ditemukan, guru baru dapat
merumuskan judul PTK yang akan dilakukannya.
Rumusan judul PTK harus
menggambarkan masalah yang akan dipecahkan, tindakan yang akan dilakukan, dan
siswa yang akan dikenai tindakan tersebut. Karena itu , judul PTK harus mampu
menjawab pertanyaan berikut ini.
1)
Apa masalah
yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
2)
Apa tindakan
yang akan dilakukan?
3)
Siapa yang
akan dikenai tindakan tersebut?
Marilah kita kembali pada beberapa pekerjaan yang sudah kita
lakukan untuk mengatasi masalah sebagaimana yang dicontohkan pada kasus di
atas. Untuk memudahkan perumusan judul tersebut, kita catat kembali apa yang
sudah kita lakukan sebagaimana daftar berikut ini.
Sekolah
|
SDN Tunggulwulung 2 Malang
|
Tahun Pelajaran
|
2009/2010
|
Kelas
|
V
|
Matapelajaran
|
Bahasa Indonesia
|
KD bermasalah
|
Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
|
Tindakan
|
Penerapan strategi pembelajaran
kooperatif model STAD
|
Berdasarkan daftar di atas, selanjutnya digunakan untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut.
Apa masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan
ditingkatkan?
|
Peningkatan kemampuan menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
|
Apa tindakan yang akan dilakukan?
|
Penerapan strategi pembelajaran
kooperatif model STAD
|
Siapa yang akan dikenai tindakan tersebut?
|
Siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010
|
Rumusan Judul:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA
RUNTUT, BAIK, DAN BENAR
MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN
TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Latar Belakang
Penelitian
Isi paparan latar belakang PTK pada
dasarnya menyajikan gambaran nyata tentang kondisi pembelajaran di kelas dan
problema yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu,
bagian ini hendaknya benar-benar menyatakan fakta yang ada di dalam proses
pembelajaran. Fakta tersebut paling tidak mengungkapkan perihal (1) kompetensi
dasar yang diajarkan, (2) pentingnya penguasaan kompetensi dasar tersebut bagi
kehidupan siswa di sekolah maupun di masyarakat, (3) kondisi atau masalah yang dihadapi guru dan
siswa dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut, (4) proses pembelajaran
yang dilakukan dalam pembelajaran kompetensi dasar itu, (5) hasil belajar atau
pengalaman belajar yang dicapai oleh siswa, (6) aktivitas siswa dalam
pembelajaran, (7) kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, (8) dampak
yang terjadi jika masalah pembelajaran tidak segera dipecahkan, dan (9) harapan
dengan dipecahkannya masalah pembelajaran tersebut. Fakta tersebut dapat
diidentifikasi oleh guru pada awal merancang PTK, yakni melalui proses refleksi
untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut,
guru akan menemukan masalah penting daam proses pembeljaran yang harus segera
diatasi. Di samping itu, guru juga telah menemukan faktor penyebab terjadinya
masalah itu. Untuk itu, lebih lanjut guru berupaya menemukan cara atau strategi
yang tepat untuk mengatasi masalah itu. Cara atau strategi itu dapat berupa (1)
penggunaan strategi yang lebih inovatif dan menarik minat siswa untuk belajar,
(2) penggunaan model-model pembelajaran yang lebih inovatif, (3) penggunaan
sumber belajar yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kejiawaan anak, (4) penggunaan materi ajar yang lebih menantang anak untuk
belajar, (5) penggunaan media yang lebih variatif dan menarik perhatian siswa,
atau (6) model-model interaksi yang lebih aktif dan kreatif. Cara atau strategi
itu dipilih oleh guru berdasarkan masalah yang terjadi dan hasil analisis
penyebab munculnya masalah.
Ketika sudah menentukan cara atau
strategi yang diyakini tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi, guru pasti
sudah memiliki alasan mengapa memmilih cara atau strategi itu. Karena itu, pada
bagian latar belakang guru harus mengungkapkan (1) uraian tentang cara atau
strategi yang dipilih untuk mengatasi masalah pembelajaran, (2) kesesuaian cara
atau strategi tersebut dengan masalah yang dihadapi siswa, (3) keunggulan cara
atau strategi tersebut, dan (4) harapan yang ingin dicapai melalui cara atau
strategi itu.
Paparan di atas menggambarkan bahwa
guru sebagai pelaku PTK telah mengungkapkan telah kondisi nyata permasalahan
yang dihadapi di kelas dan upaya guru untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam hal ini, bagian latar belakang dilakukannnya PTK itu telah menyampaikan
dua hal, yakni masalah pembelajaran yang dihadapi dan tindakan yang akan
dilakukan dalam pemecahan masalah itu. Namun, paparan tersebut masih perlu
dilengkapi dengan fakta lain yang mendukung orisionalitas PTK yang akan
dilakukan. Karena itu, guru sebagai pelaku PTK perlu secara terbuka menyampaikan
beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang lain yang
sejenis dengan penelitian yang akan dilakukannya. Dalam hal ini, pada bagian
akhir latar belakang PTK itu, guru perlu menuliskan (1) judul-judul penelitian
terdahulu yang sejenis, (2) hasil yang dicapai oleh penelitian terdahulu itu,
dan (3) perbedaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan. Alasan tentang perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan dilakukan dapat berupa perbedaan (a) subjek yang diteliti atau yang akan
dikenai tindakan, (b) masalah yang akan dipecahkan, (c) cara atau strategi yang
digunakan, (d) materi yang akan digunakan, dan atau (e) alasan lain yang
membedakan kedua penelitian itu.
Dengan mengungkapkan berbagai hal yang
telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa latar belakang PTK yang akan
dilakukan guru telah memenuhi syarat kelengkapan, kejelasan, dan keorisinalan.
Dengan demikian, latar belakang tersebut telah meyakinkan pembaca bahwa (1)
masalah pembelajaran yang dipilih dan dihadapi guru dan siswa benar-benar perlu
dipecahkan, (2) tindakan yang dilakukan guru benar-benar tepat dan relevan
untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, dan (3) apa yang dilakukan guru
benar-benar hasil kerja nyata guru, bukan hasil plagiasi.
Nah, sekarang marilah kita belajar
berlatih merancang butir-butir pokok isi bagian latar belakang berdasarkan
kasus yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, yakni kasus pembelajaran
tentang KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik,
dan benar.
Contoh
Judul PTK:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA
RUNTUT, BAIK, DAN BENAR
MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN
TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Mengapa PTK tersebut perlu dilakukan?
|
Hasil refleksi awal dapat
menjadi alasan pertama yang menjawab pentingnya dilakukan PTK. Alasan pertama
ini menjawab pertanyaan: “Mengapa kemampuan menceritakan hasil
pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
perlu ditingkatkan?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1)
SDN Tunggulwulung 2 Malang
telah menerapkan KTSP.
2)
Pembelajaran Bahasa
Indonesia diajarkan di kelas 1—6 dengan menggunakan KTSP.
3)
Dalam KTSP Bahasa
Indonesia, terdapat KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa
runtut, baik, dan benar yang disajikan di kelas V
semester 1.
4)
KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar termasuk dalam pembelajaran aspek berbicara.
5)
KD tersebut perlu dikuasai
oleh siswa agar siswa mampu menyampaikan laporan secara lisan tentang perihal
yang telah dilakukannya.
6)
Untuk dapat menceritakan
hasil pengamatan dan atau kunjungannya, siswa harus dapat menceritakan perihal
(a) objek yang diamati atau dikunjungi, (b) beragam hal dari objek yang
diamati atau dikunjungi, (c) proses pengamatan atau kunjungan yang dilakukan,
dan (d) tataan rincian beragam hal yang diamati atau dikunjungi. Selain itu,
siswa harus dapat menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk
menyampaikan proses dan hasil pengamatan/kunjungan.
7)
Dalam pembelajaran KD
tersebut, siswa kurang aktif dan tidak responsif.
8)
Hasil belajar siswa rendah,
yakni sebagian besar belum mencapai standar ketuntasan minimal.
9)
Tugas-tugas yang dibuat
oleh siswa belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
10)
Penguasaan pengalaman
belajar ini diperlukan untuk penguasaan kompetensi dasar selanjutnya,
khususnya untuk aspek berbicara dan menulis.
11)
Jika kompetensi dasar
tersebut tidak dikuasai, siswa akan mengalami kesulitan dalam penguasaan KD
selanjutnya.
12)
Karena itu, masalah
tersebut harus diatasi.
|
Hasil analisis faktor penyebab masalah dapat menjadi alasan
kedua yang menjawab pentingnya dilakukan PTK. Alasan kedua ini menjawab pertanyaan:
“Apa yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menceritakan hasil
pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar?”
Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1)
Rendahnya aktivitas siswa
dalam pembelajaran KD tersebut disebabkan oleh strategi pembelajaran yang
kurang bervariasi.
2)
Dalam aktivitas
pembelajaran tidak digunakan media yang relevan dan kurang menarik minat
siswa.
3)
Interaksi pembelajaran
tidak multiarah dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
kreatif.
4)
Tugas-tugas pembelajaran
kurang memberikan kesempatan dan tantangan kepada siswa untuk berpikir
kreatif.
5)
Materi pembelajaran kurang
sesuai dengan minat siswa.
6)
Sumber belajar hanya
menggunakan buku paket, tidak ada sumber lain yang lebih inovatif.
7)
Karena itu, perihal
tersebut harus diubah agar lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
|
Hasil pemahaman guru tentang strategi/media/teknik yang lebih
tepat atau lebih baik dari sebelumnya dapat menjadi alasan ketiga yang
dipaparkan dalam bagian latar belakang dilakukannya PTK. Alasan ketiga ini
menjawab pertanyaan: “Apa relevansi strategi/media/teknik tersebut dalam
pemecahan masalah rendahnya kemampuan siswa dan apa keunggulannya?” Jawaban
pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1)
Untuk mengatasi masalah
pembelajaran, dipilih strategi pembelajaran kooperatif dengan model STAD.
2)
Pembelajaran kooperatif
model STAD ini tepat untuk membelajarkan siswa untuk kompetensi dasar menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar.
3)
Alasan dipilihnya strategi
ini adalah (a) siswa dapat
menghasilkan ide yang lebih banyak dan lebih baik, (b) siswa memecahkan
permasalahan dengan lebih cepat, (c) siswa menghasilkan solusi yang lebih
baik, (d) siswa lebih produktif, (e) siswa lebih bersahabat, suka membantu,
dan saling memiliki perhatian, dan (f) metode tersebut meningkatkan perilaku
dalam pemecahan masalah.
4)
Dengan
strategi tersebut, diharapkan siswa dapat merancang hasil
pengamatan/kunjungannya dan menceritakannya dengan menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar.
|
Untuk
menunjukkan orisionalitas dan pentingnya penelitian ini, peneliti perlu
mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan menunjukkan
perbedaannya. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut.
|
||
Judul Penelitian
|
Hasil
|
Perbedaan
|
Penelitian Mariati tentang Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SDN
Tlogosuko 2 Banyu Urip Tahun 2009/2010
|
Kemampuan siswa rendah, terutama
dalam menyampaikan gagasan dengan bahasa yang baik dan benar
|
Penelitian ini adalah deskriptif,
bukan PTK
|
Peningkatan Kemampuan Menceritakan
Hasil Wawancara dengan Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas V SDN Mojowangi
1 Banyuwangi Tahun 2008/2009
oleh Harsanti
|
Siswa lebih aktif, tugas-tugas dapat
diselesaikan dengan baik, hasil belajar meningkat
|
Metode dan topik garapan berbeda
|
Dan
sebagainya
|
|
|
Rumusan Masalah
Rumusan masalah PTK
dikembangkan setelah
peneliti mengidentifikasi
masalah
dan menganalisisnya serta mengembangkan
rincian indikator dari masalah yang akan dipecahkan. Rumusan masalah PTK
ini aharus jelas,
spesifik, dan operasional. Masalah penelitian merupakan titik awal sebuah
proses penelitian. Tidak akan ada proses penelitian tanpa adanya masalah yang dapat
diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. Masalah biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya.
Dalam rumusan masalah tersebut, tercantum (1) upaya yang akan dilakukan terkait
dengan indikator masalah, (2) tindakan yang akan diterapkan, dan (3)
subjek/siswa yang akan dikenai tindakan.
Dengan dirumuskannya masalah yang (mungkin)
diikuti dengan hipotesis, peneliti dapat melakukan langkah-langkah penelitian
selanjutnya. Permasalahan penelitian PTK tidak dapat terlepas dari latar
belakang dan konteks yang terjadi di kelas. Berkaitan dengan PTK, masalah
pembelajaran pada umumnya berkisar pada rendahnya kualitas proses dan hasil
belajar.
Berdasarkan rincian indikator masalah yang telah ditetapkan pada
bagian terdahulu, rumusan masalah PTK tersebut
dapat dicontohkan berikut ini.
Judul PTK
|
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD
PADA SISWA KELAS V SDN
TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Rincian Indikator dari
Masalah yang akan Dipecahkan
|
1)
Menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati atau dikunjungi.
2)
Menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati
atau dikunjungi.
3)
Menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan atau kunjungan.
4)
Menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan.
|
Tindakan yang akan
Digunakan untuk Mengatasi Masalah
|
Strategi pembelajaran kooperatif dengan model STAD
|
Subjek/siswa yang Dikenai
Tindakan
|
Siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang
|
Contoh:
Rumusan Masalah
|
1)
Bagaimana peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan
objek yang diamati/dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model
STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
2)
Bagaimana peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan
beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi melalui strategi
pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2
Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
3)
Bagaimana peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan
proses pengamatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model
STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
4)
Bagaimana peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan
simpulan hasil amatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif
model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran
2009/2010?
|
Tujuan
Penelitian
Rumusan tujuan PTK sejalan dengan
rumusan masalah. Perbedaannya adalah rumusan masalah menggunakan bentuk rumusan
pertanyaan, sedangkan rumusan tujuan berupa rumusan pernyataan. Jika rumusan
masalah ada 3 macam pertanyaan, rumusan tujuan juga ada 3 macam pernyataan.
Tujuan PTK ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui proses dan hasil tindakan
yang dilakukan dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
nyata di kelas. Karena itu, dalam rumusan tujuan tersebut digunakan pernyataan:
memperoleh gambaran,
mendeskripsikan/memerikan, atau
memperoleh paparan. Berikut ini disajikan contoh rumusan tujuan PTK.
Contoh:
Berdasarkan masalah
penelitian yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
|
1)
Memerikan peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan
objek yang diamati/dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model
STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
2)
Memerikan peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan
beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi melalui strategi
pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2
Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
3)
Memerikan peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan
proses pengamatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model
STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
4)
Memerikan peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan
simpulan hasil amatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif
model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran
2009/2010.
|
Hipotesis
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah
merumuskan hipotesis. Hipotesis ini berupa dugaan yang
akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis dikembangkan
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat
diuji secara empiris, artinya dampak
tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Contoh rumusan hipotesis tindakan tersebut
disajikan berikut ini.
Contoh:
Berdasarkan masalah dan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan di atas, hipotesis tindakan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
|
1)
75% siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi
kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
|
2)
75% siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang
diamati atau dikunjungi kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika
diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
|
3)
75% siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan
kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
|
4)
75% siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan
kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
|
Manfaat Hasil PTK
Suatu kegiatan yang telah
direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana pasti akan
memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kegiatan itu.
Kegiatan PTK yang telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan tertib
sesuai rancangan juga akan memberikan manfaat bagi pihak terkait dengan PTK
itu. Pihak-pihak yang terkait dengan PTK tersebut di antaranya adalah guru,
siswa, orang tua, penentu kebijakan di sekolah tempat PTK tersebut dilakukan.
- Bagi guru yang menjalan PTK, PTK tersebut akan memperkaya wawasan dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. Selain itu, PTK tersebut juga memberikan pengalaman kepada yang bersangkutan dalam menyusun dan mengembangkan karya tulis ilmiah, khususnya dalam membuat laporan penelitian.
- Bagi guru lain, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan dan wawasan tentang cara atau strategi yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran, khususnya yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan atau perihal yang akan ditingkatkan.
- Bagi siswa, hasil PTK tersebut akan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik dan meningkatkan minat siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih bergairah.
- Bagi orang tua siswa, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang berharga tentang prestasi belajar anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat memberikan pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan meningkatkan proses dan prestasinya.
- Bagi pihak penentu kebijakan, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang berharga, terutama dalam pembinaan akademik bagi guru dan siswa dalam hal peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian teori yang mendasari penelitian.
Paling tidak, kajian teori tersebut mampu mengungkap tentang : What
(apa) berupa definisi atau pengertian, Who ( siapa) berupa siapa penemu
atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa teori itu ada, How (
bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah
dilakukan orang lain).
Dalam kajian teori,
pertanyaan-pertanyaan itu dikenakan pada beberapa unsur yang ada pada judul,
yakni masalah yang akan dipecahkan dan
tindakan yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut ini.
Contoh:
Judul PTK
|
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD
PADA SISWA KELAS V SDN
TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
HAL-HAL YANG HARUS
DIKEMBANGKAN DALAM KAJIAN TEORI
|
|
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang masalah yang
akan dipecahkan?
|
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
|
Pembelajaran Berbicara di SD
|
|
Cara Menceritakan Hasil Pengamatan/Kunjungan
|
|
Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar
|
|
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang tindakan yang
akan digunakan?
|
Strategi Pembelajaran Berbicara
|
Pembelajaran Kooperatif
|
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian perlu menyebutkan jenis penelitian yang
akan dilakukan, yakni Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai PTK, rancangan ini
harus mengungkapkan jumlah siklus yang dilaksanakan, misalnya 2 (lebih) siklus.
Tiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi (pengamatan),
dan (4) refleksi. Dalam rancangan
tersebut, perlu disebutkan tahapan siklus tersebut mengikuti teori yang dikembangkan
oleh siapa dan mengapa.
Contoh:
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena
analisis data akan diuraikan secara verbal yang menggambarkan perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil tindakan pada siklus I dan II yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menveritakan hasil pengamatan/kunjungan siswa dengan
strategi kooperatif model STAD. Penelitian ini berusaha mengungkapkan gejala
secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik dan kontekstual)
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrumen kunci. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna dari sudut pandang
subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian ini, disusun dalam bentuk narasi
yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri alamiahnya.
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas, karena tindakan yang akan dilakukan diterapkan pada pembelajaran dalam
kelas. Penelitian ini dimulai dari tahap identifikasi masalah mengenai
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia untuk berbagai kompetensi dasar dan
analisis penyebab munculnya masalah.
Tindakan penelitian menggunakan siklus, yang terdiri atas tahap (1) perencanaan
yang merupakan upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran,
(2) pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran , (3)
pengamatan/observasi untuk mengetahui kemampuan siswa dan untuk mengetahui
sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan (4) tahap
refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) di setiap siklusnya (siklus I
dan II) untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan (Kemmis and Taggart, 1988). Sesuai dengan prinsip umum penelitian
tindakan, setiap tahapan dan siklusnya dilakukan secara partisipatoris dan
kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran lainnya.
|
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian cukup diuraikan
secara teknis, tetapi jelas. Dalam hal ini, perlu dijelaskan nama sekolah,
alamat sekolah, kelas berapa, jika kelas tersebut paralel perlu disebutkan
kelas yang mana, dan alasan mengapa kelas tersebut yang diteliti. Demikian
juga, waktu penelitian harus dipaparkan secara runtut. Berkaitan dengan waktu
penelitian ini, perlu dijelaskan kapan orientasi dilakukan, kapan disusun
rencana penelitian, kapan dikembangkan instrumen penelitian, kapan tindakan
siklus I dilakukan dan kapan siklus selanjutnya dirancang dan dikembangkan,
kapan dilakukan pengamatan, dan kapan refleksi dilaksanakan.
Contoh:
Penelitian
dilaksanakan di SDN Tunggulwulung 2 Malang, Jl. Akordion no. 2 Kota Malang.
Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa kelas V semester I. Pembuatan
rencana tindakan berdasarkan refleksi yang ditulis pada proposal dilaksanakan
pada tanggal 20 Mei sampai 9 Juni 2009, dikerjakan setiap hari Sabtu.
Pelaksanaan tindakan dikerjakan mulai pada tanggal 26 Juli sampai 20 September
2009. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu dengan setiap pertemuan 2 x 45
menit. Dst ...
Subjek Penelitian
Dalam PTK, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa. Karena
itu, kondisi siswa yang menjadi sasaran penelitian ini perlu dipaparkan secara
jelas, yang meliputi kelas berapa dan berapa jumlah siswanya. Jika perlu,
dirinci pula berapa jumlah siswa pria dan berapa jumlah siswa wanita. Di
samping itu, dalam subjek penelitian ini perlu dijelaskan bahwa penelitian itu
dilaksanakan secara individual atau kolaboratif dengan guru lain.
Contoh:
Subjek
penelitian adalah siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran
2009/2010 dengan jumlah siswa 40 orang. Nama-nama siswa yang terlibat disajikan
pada Lampiran. Observer terdiri atas dua orang guru, yaitu Bapak X dan Ibu Y yang membantu peneliti
merekam proses pembelajaran. Dst ...
Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan
tindakan ini disusun sebelum melakukan tindakan pembelajaran di kelas. Rencana tindakan ini berupa langkah-langkah tindakan secara sistematis dan rinci yang fungsinya untuk menguji hipotesis tindakan yang telah
dirumuskannya.
Rencana tindakan tersebut meliputi:penentuan
bahan ajar, pengembangan Silabus, perencanaan tugas-tugas kelompok dan quis,
penyusunan jurnal kegiatan, penyusunan rencana pembelajaran (RPP), pengembangan
teknik
dan instrumen observasi, penyusunan
instrumen evaluasi, dan pengembangan instrumen lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan tindakan. Untuk membantu penyusunan rencana tindakan, pertanyaan pemandu yang dapat digunakan adalah: apa, di mana, kapan, dan bagaimana saya
melakukan tindakan pembelajaran. Berikut ini
dikemukakan contoh paparan tentang perencanaan tindakan.
Contoh:
Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapakan RPP yang
akan digunakan sebagai pedoman pelakasanaan pembelajaran wicara dengan
kompetensi dasar menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan
bahasa yang runtut, baik, dan benar melalui strategi pembelajaran kooperatif
model STAD. Penyusunan RPP tersebut dilaksanakan pada tanggal 24—30 Mei 2009.
Selain itu, peneliti guru juga untuk menyusun lembar evaluasi untuk menguji
kemampuan siswa dalam menceritakan hasil pengamatan dan kunjungan. Lembar
evaluasi ini disusun menjadi dua yaitu lembar penilaian untuk guru dan siswa.
Peneliti sebagai pengumpul data mempersiapkan daftar cek (checklist) pelaksanaan
pembelajaran dan pencapaian indikator
sebagai pedoman observasi, menyusun angket untuk menanyakan pendapat
siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan menyusun pedoman
wawancara untuk guru.
Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya adalah mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya
(aktivitas pengajar, siswa,
dan suasana kelas). Pada tahap ini, guru
sebagai peneliti berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksana pembelajaran)
dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat). Pelaksanaan tindakan harus mengacu pada RPP yang telah
disiapkan sebelumnya. Contoh uraian bagian
pelaksanaan tindakan tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Pelaksanaan siklus I direncanakan dua
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Kamis pada bulan Juni 2009. Pelaksana tindakan
pembelajaran siklus I adalah guru Bahasa Indonesia, sedangkan pengamatan dan
perekaman data dilakukan oleh guru lain yang sedang piket di sekolah tersebut.
Sesuai dengan RPP yang sudah disusun,
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru mengacu pada
langkah-langkah pembelajaran model STAD. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut.
Siswa diberi penjelasan
tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan komponen-komponennya.
Siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan pertimbangan kemampuan akademik dan jenis
kelamin.
Peneliti memberikan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari.
Siswa ditugaskan untuk
bergabung ke dalam kelompoknya masing-masing.
Peneliti memulai dengan
memaparkan dan mendiskusikan materi yang dibahas.
Peneliti membagi tugas kepada
setiap kelompok.
Peneliti melakukan observasi
dan membimbing kegiatan kelompok.
Setelah kegiatan kelompok
selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas yang dipandu oleh guru untuk membahas
hal-hal yang tidak/belum terselesaikan dalam kegiatan kelompok.
Peneliti memberikan quis
untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari secara individual.
Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Karena itu, jika PTK
dilakukan secara kolaboratif, guru lain sebagai pembantu peneliti dapat menjadi
pengamat kegiatan pembelajaran. Namun, jika guru melakukan PTK secara
individual, guru selain sebagai pengajar juga sebagai pengamat kegiatan
penelitian. Dalam hal ini, guru harus bersikap seobjektif mungkin agar hasil
penelitian benar-benar signifikan. Pada tahap pengamatan
ini,
data-data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan bantuan instrumen pengamatan yang dikembangkan.
Contoh:
Selama tahap pelaksanaan tindakan,
peneliti berusaha melakukan pengamatan dan perekaman terhadap aktivitas belajar
siswa dan suasana pembelajaran yang terjadi di kelas. Semua aktivitas siswa
direkam dengan cara mencatat apa yang dilakukannya, pengalaman apa yang
diperolehnya, tanggapan apa yang disampaikannya berkaitan dengan aktivitas pembelajaran
menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan pembelajaran kooperatif model
STAD.
Tahap Refleksi
Tahap
ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti
empiris), serta mengaitkannya
dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan
tindakan siklus berikutnya.
Refleksi memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Melalui refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh
masukan yang sangat berharga
dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman
instrumen observasi yang
digunakan. Guna mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan
berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu.
1. Bagaimana persepsi Anda (guru, siswa,
pengamat lain) terhadap tindakan yang dilakukan ?
2. Apakah efek tindakan tersebut?
3. Isu kependidikan apa saja yang muncul
sehubungan dengan tindakan yang dilakukan?
4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
tindakan? Mengapa kendala tersebut muncul?
5. Apakah terjadi peningkatan kualitas proses
pembelajaran?
6. Perlukah perencanaan ulang?
7. Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang
paling tepat?
8. Jika “ya” apakah diperlukan siklus
berikutnya?
Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus lain
secara berkesinambungan seperti
sebuah spiral. Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Jawabannya adalah kalau hasil pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti.
Dalam refleksi tersebut, hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang
muncul pada pelaksanaan tindakan dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perencanaan ulang pada siklus berikutnya.
Karena itu, melalui refleksi ini, perlu dipaparkan temuan-temuan pada siklus I baik yang
merupakan kekuatan maupun kelemahan.
Dalam paparan refleksi ini, juga perlu dijelaskan hal-hal apa yang perlu
diperbaiki pada siklus I untuk diterapkan pada siklus II. Indikator
keberhasilan pada siklus I perlu dituliskan untuk mengetahui keberhasilan pada
siklus I dan bagaimana cara mengukurnya. Contoh indikator keberhasilan tersebut
disajikan berikut.
Contoh
indikator Keberhasilan Siklus I
Aspek
|
Pencapaian siklus I
|
Cara
mengukur
|
Keaktifan
siswa mengajukan pertanyaan
|
20%
|
Diamati
saat pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan, oleh peneliti. Dihitung
dari jumlah siswa bertanya per jumlah keseluruhan siswa
|
Ketepatan
waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
|
50%
|
Jumlah
kelompok yang dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dibagi jumlah kelompok.
Dibuat jurnal setiap pertemuan
|
Interaksi
antar siswa pada kegiatan kooperatif
|
25%
|
Diamati
ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa
dalam kelompok
|
Ketuntasan
hasil belajar
|
65%
|
Dihitung
dari nilai rata-rata kuiz dan tes blok. Siswa yang memperoleh nilai lebih
besar/sama dengan 70 dinyatakan tuntas.
|
Contoh
indikator Keberhasilan Siklus II
Aspek
|
Pencapaian
siklus I
|
Pencapaian
siklus II
|
Keaktifan
siswa mengajukan pertanyaan
|
20%
|
25%
|
Ketepatan
waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
|
50%
|
65%
|
Interaksi
antar siswa pada kegiatan kooperatif
|
25%
|
50%
|
Ketuntasan
hasil belajar
|
65%
|
85%
|
Instrumen
Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK, diperlukan instrumen
pelaksaksanaan tindakan dan instrumen pengumpulan data. Instrumen yang dimaksudkan di antaranya
berupa (a) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) soal tes dan quiz, (c) lembar
observasi/pengamatan, (d) angket, (e)
catatan lapangan, (f) daftar cek (checklist), dan atau instrumen lain yang
relevan untuk pengumpulan data PTK. Instrumen-instrumen
tersebut dibuat atau dikembangan oleh guru sebagai peneliti sebelum pelaksanaan
tindakan. Berbagai hal yang terkait dengan instrumen ini diceritakan secara
rinci dan jelas dalam penyusunan laporan PTK. Contoh paparan tentang instrumen
tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi: RPP, lembar observasi keterampilan
kooperatif, kuesioner terbuka, kuis atau tes prestasi belajar, dan catatan
guru/jurnal. RPP digunakan untuk pelaksanaan parktik pembelajaran (tindakan).
Instrumen observasi disusun berdasarkan komponen dasar pembelajaran kooperatif.
Kuesioner terbuka digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajar kooperatif, dan kuis atau tes prestasi belajar digunakan untuk
mengetahui kualitas hasil belajar. Instrumen penelitian ini disajikan pada
lampiran.
Pengumpulan
dan Analisis Data
Paparan ini menjelaskan cara peneliti
mengumpulkan dan menganalisis data. Cara-cara tersebut disajikan secara runtut,
terinci, dan jelas.
Contoh:
Pegumpulan
data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik
dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai
dasar pembagian kelompok. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas
proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi dan digunakan camera
video, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar.
Data
hasil observasi, catatan guru, kuesioner terbuka dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar. Untuk mengetahui peningkatan
kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan skor individu dan
kelompok dengan tes atau kuis sebelumnya.
SISTEMATIKA LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bobot atau kualitas suatu karya
tidak hanya ditinjau dari segi perencanaan dan pelaksanaan, tetapi juga harus
dilihat dari bentuk dan sistem pelaporannya. Perencanaan dan pelaksanaan
tindakan yang baik dan tertib akan dinilai tidak baik jika tidak dilaporkan
secara baik dan tertib pula. Bahkan dapat dikatakan, laporan yang bagus dan
tertib menggambarkan suatu perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang tertib.
Laporan yang bagus tidak hanya menyajikan hal-hal secara lengkap, tetapi
juga harus menyajikannya dalam urutan yang logis dan mengikuti aturan yang
umum. Karena itu, untuk menjadikan laporan PTK bernilai bagus dan tertib,
berikut ini disajikan rambu-rambu sistematika PTK tersebut.
A.
Judul : singkat, spesifik, menggambaran masalah,tindakan, hasil, dan
lokasi
B.
Kata Pengantar: berisi proses pelaksanaan PTK dan
perlunya dilakukan PTK
C.
Daftar isi
D.
Abstrak: berisi uraian umum dan lengkap yang disajikan secara singkat
(lebih-kurang 1—2 halaman, ditulis dengan spasi tunggal.
E.
Bab I Pendahuluan:
1.
Latar belakang; berisi tentang kondisi nyata berbagai hal yang terjadi di
sekolah, bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan, upaya dan alasan
pemecahan masalah, alasan mengapa masalah tersebut penting untuk dipecahkan.
2.
Rumusan masalah; kalimat tanya yang berisi tentang : indikator masalah yang
akan dipecahkan, tindakan yang akan dilakukan, dan subjek yang akan dikenai
tindakan.
3.
Tujuan: berisi tujuan umum, tujuan khusus atau cukup tujuan berisi
tentang tujuan yang dapat diukur ketercapaiannya.
4.
Hipotesis: berisi dugaan sementara tentang hasil yang akan dicapai jika
masalah tersebut digarap.
5.
Manfaat; berupa manfaat bagi siswa, guru, sekolah, atau komponen yang
terkait. lebih baik kemukakan hal yang berupa inovasi.
F.
Bab II Kajian
Teori
Berisi tentang teori
yang mendasari penelitian, yakni berkaitan dengan kondisi pembelajaran, masalah
yang akan dipecahkan, strategi yang akan digunakan, dan prestasi belajar siswa
yang diidealkan. Kajian teori tersebut paling tidak dapat mengungkap tentang : What
(apa) berupa definisi atau pengertian, Who ( siapa) berupa siapa penemu
atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa teori itu ada, How (
bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah
dilakukan orang lain)
G.
Bab III Metode
Penelitian
a.
Rancangan
penelitian: berisi
jenis penelitian, rancangan yang digunakan, siklus yang direncanakan, cara
pengumpulan dan analisis data.
b.
Lokasi dan waktu
penelitian; berisi tentang lokasi sekolah,
kelas berapa, jumlah siswa, komposisi siswa, situasi lingkungan siswa, berapa
lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)
c.
Indikator
keberhasilan; berisi berupa indikator
keberhasilan yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan, berupa
gradasi seperti : 80-100 : sangat berhasil, 60-79 : berhasil, 40-59 : cukup
berhasil, 20- 39 : kurang berhasil, 0-19 : tidak berhasil. Kalau kemampuan
kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa dijadikan sebagai
acuan,
d.
Prosedur
penelitian (siklus tindakan); berisi tindakan
tindakan tiap siklusnya, yang dalam setiap siklus berupa : kegiatan
perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan pengamatan serta kegiatan refleksi,
refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan
pada siklus kedua dan seterusnya.
e.
Instrumen yang
digunakan: berisi
paparan tentang alat pengumpulan data yang digunakan dan alasan penggunaannya,
yang meliputi pedoman observasi, alat perekam dll
f.
Teknik pengumpulan
data: berisi
paparan tentang langkah-langkah dalam pelaksanaan pengamatan, wawancara,
pemberian evaluasi, dll.
g.
Teknik analisis
data: berisi
paparan tentang proses pengolahan data, yang meliputi reduksi data, penataan
data, pemerian data, pembahasan dan penjelasan makna data, pembuatan tabel,
pembuatan diagram, dll.
H.
Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil pengamatan
dari observer, analisis data dan refleksi dari kegiatan dalam setiap siklus.
Hasil refleksi merupakan rencana tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil
pengamatan berupa tindakan guru dan kegiatan siswa.
I.
Bab V Simpulan dan
Saran
Berisi simpulan dari
penelitian dan saran tindakan perbaikan atas hasil penelitian (bisa berupa
rekomendasi)
PERLATIHAN
1. Buatlah rumusan judul ptk saudara dengan cara mengisi format berikut
ini!
Apa masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan
ditingkatkan?
|
|
Apa tindakan yang akan dilakukan?
|
|
Siapa yang akan dikenai tindakan tersebut?
|
|
Rumusan Judul:
|
2. Tulislah butir-butir rumusan masalah untuk judul PTK Saudara dengan
terlebih dahulu mengisi kolom-kolom berikut ini!
Judul PTK
|
|
Rincian Indikator dari
Masalah yang akan Dipecahkan
|
|
Tindakan yang akan
Digunakan untuk Mengatasi Masalah
|
|
Subjek/siswa yang Dikenai
Tindakan
|
|
Rumusan Masalah
|
|
|
|
|
3.
Tulislah
tujuan penelitian Saudara dalam kolom berikut ini!
Tujuan Penelitian
|
|
|
|
|
4.
Tulislah
hipotesis penelitian Saudara dalam kolom berikut!
Hipotesis Penelitian
|
|
|
|
|
5. Tulislah
butir-butir pokok yang melatari belakangi PTK Saudara!
Judul PTK:
|
Mengapa kemampuan tersebut perlu ditingkatkan?
|
|
|
|
|
|
Apa faktor penyebab rendahnya kemampuan tersebut?
|
|
|
|
|
Mengapa tindakan tersebut yang dipilih?
|
|
|
|
6. Tulislah butir-butir pokok kajian teori/pustaka!
Kajian Pustaka
|
|
|
|
|
IT'S OK
BalasHapus